Aku masih ingat kisah tragis yang
menimpa pada seorang perempuan yang berasal dari desa kelahiranku. Kak
Prika (bukan nama aslinya) nama sapaan yang biasa kami panggil
sehari-hari. Orangnya tinggi, langsing, warna kulitnya sawo matang,
rambutnya lurus dan panjang sepunggung.
Dia mempunyai seorang cowok yang lumayan
ganteng, berasal dari salah satu kecamatan yang dekat dengan kecamatan
aku yaitu kecamatan kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
Hubungan mereka berjalan dengan lancar
dan baik-baik saja, bahkan waktu itu sudah direncanakan untuk acara
pertunangan. Dikarenakan ada terjadi baku tembak di hutan dekat desa ku,
akhirnya jadwal pertunangannya dibatalkan untuk sementara waktu,
diakibatkan banyaknya para tentara yang ganas-ganas dan kejam-kejam
melakukan patroli di seputaran desa ku.
Dua hari setelah terjadi insiden baku
tembak, dikirimlah sekelompok orang yang menggunakan baju loreng, wajah
mereka serem, tapi senyuman mereka bisa memikat para semua perempuan.
Mereka dikenal dengan pasukan rajawali,
tapi dari tampang mereka, kayaknya bercampur-campur, kebanyakan berasal
dari pasukan khusus (terkenal dengan nama KOPASSUS). Itu yang
disebut-sebut oleh kebanyakan masyarakat Aceh. Mereka ditempatkan di
sebuah bangunan kosong (sekarang sudah menjadi kantor Urusan Agama),
tepatnya di pusat pasar kecamatan simpang tiga.
Satu minggu berjalan tugas mereka di
kecamatan simpang tiga, suasana aman-aman saja, bahkan mereka sangat
dekat dengan masyarakat. Maklum waktu itu sudah masuk masa Darurat
Sipil, yang dicetus oleh Buk Megawati SoekarnoPutri. Darurat Sipil
tujuannya untuk membasmi para masyarakat biasa yang membantu para
pemberontak di Aceh.
Karena kondisi aman-aman saja, kerjaan
mereka sehari hari adalah masuk ke desa-desa dan sering merayu para
gadis-gadis desa yang kebanyakannya cantik-cantik. Tidak ada orang yang
berani melarang untuk tidak mengganggu anak gadisnya, malah dituntut
untuk senyum dan ramah terhadap mereka.
Ada beberapa gadis desa yang berhasil
dirayu dan dibawa ke markas mereka, termasuk kak Prika. Setiap Hari
(sore hari) disuruh datang ke markas, hanya untuk menghibur mereka yang
sedang kesepian.
Aku pernah melihat dengan mata sendiri,
bahwa dibelakang markas mereka ada dibuat sebuah bar mini, terdapat
banyak minuman berakohol. Para gadis desa yang datang itu, langsung
dibawa ke belakang di bar mini yang sederhana itu.
Canda dan tawa terdapat diantara para
tentara dan gadis-gadis desa, sekali-kali meneguk minuman haram itu,
sampai pikiran dan nafsu tidak terkendalikan lagi, termasuk kak Prika.
Dia sampai tidak mengingat lagi akan cowoknya yang sangat setia
kepadanya.
Kak Prika dan beberapa gadis desa itu
telah hilang kendali dan semakin ketagihan, maklumkan saja, minuman
keras memang bisa menghilangkan pikiran yang normal menjadi tidak normal
dan menjurus ke hal yang negatif.
Mabuk akibat minuman keras tersebut, telah menghilangkan barang yang berharga dari tubuh kak Prika dan beberapa gadis desa.
Hal itu mereka sadari setelah tiba di rumahnya masing-masing. Tetesan air mata mengalir tanpa henti di wajah kak Prika.
Keluarganya tidak ada yang tahu bahwa
kak Prika tidak perawan lagi. Wajah pucat dan rasa takut yang nampak
diraut wajahnya. kejadian tersebut sangatlah disesali dan kekhawatiran
mulai muncul dipikirannya, apakah aku akan hamil???
Keesokan harinya, kak Prika langusng
berjumpa dengan cowoknya. Kak Prika ternyata orangnya sangat jujur, dia
menjelaskan terhadap apa yang telah menimpa pada dirinya. Tapi, kak
Prika sangat berharap kalau cowoknya mau menikah dengannya, dia sangat
menyesali atas perbuatan yang telah diperbuatnya dan akan berjanji tidak
mengulangi lagi.
“Nasi telah menjadi bubur, dan bubur pun
telah menjadi basi”, harapan dan penyesalan kak Prika tidak diterima
oleh cowoknya. kak Prika hanya menerima satu kalimat yang keluar dari
mulur cowoknya, “Kamu telah terluka, Hatiku jadi terluka”.
Kemudian cowoknya tanpa berkata apa-apa lagi, langsung pulang dan meninggalkan kakak itu sendiri.
Semua telah terlanjur, sore harinya
seperti biasa kak Prika menuju ke pos tentara tersebut. Bertemu dengan
salah satu tentara yang bersamanya sore kemarin pada saat
bermabuk-mabukan. Kak Prika sangat berharap kalau tentara itu mau
menikahinya, harapannya ternyata dikabulkan oleh tentara itu. Aku akan
menikahimu bulan depan, kata tentara itu di depan teman-temannya dan
gadis-gadis desa yang lain.
Ternyata, Keluarga kak Prika
berpandangan lain. Semua itu salah kak Prika karena tidak mengatakan hal
yang sebenarnya kepada keluarganya.
Karena dilihat sikap kak Prika semakin
aneh, maka keluarganya mencari cara untuk mencegah kak Prika supaya
tidak datang lagi ke pos tentara tersebut. Apalagi orang-orang kampung
telah menegur dan mencemo’ohkannya.
Beberapa hari kemudian, akhirnya keluarga kak Prika menemukan solusi untuk mencegahnya supaya tidak datang lagi ke pos tersebut.
Hari itu juga, sekitar pukul 11.00 wib,
kak Prika diikat oleh keluarganya disebuah kursi dan diletakkan di depan
halaman rumah. Aku dan beberapa warga lain sangat sedih dan terkejut
atas sikap keluarganya itu. Rambut kak Prika digunting-gunting oleh
keluarganya tidak dengan sewajarnya, tidak rapi, berserakan (seperti
orang gila) dan sangat pendek.
Setelah selesai dipotong, kemudian kak
Prika dilepaskan ikatannya dan disuruh mandi. Selang beberapa jam
kemudian, tepatnya sekitar jam 15.00 wib, timbullah sebuah pikiran dan
inisiatif untuk membunuh diri. kak Prika menuju ke belakang rumah dan
mengambil sebuah botol yang berisi racun pembasmi hama (yang digunakan
oleh keluarga untuk pembasmi hama di sawah), lalu diminumnya sampai
habis. Adiknya langsung berteriak dan meminta tolong untuk bisa membantu
kakaknya yang telah meminum racun hama. Ternyata kak Prika tidak mau
ditolong oleh siapapun lagi, dia lari sekuat tenaga menuju ke sebuah
kebun kosong, disitu bapaknya dikuburkan. Ketika kak Prika melihat kami
menuju kesitu, dia lari lagi menuju ke perbatasan desa. disitulah kak
Prika lemas dan muntah-muntah. Kami segera mengangkat Kak Prika membawa
ke sebuah rumah warga desa, lalu segera dibawa ke Rumah Sakit Umum Kota
Sigli.
Astagfirullah, Innalillahi wa Inna
Ilaihi Raji’un…nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. setengah
perjalanan menuju ke Rumah Sakit, kak Prika meninggal dunia.
Keluarganya sangat menyesal atas
perlakukan kepada kak Prika yang tidak baik. Tapi apa yang hendak
dikata, ajalnya hanya sampai disitu. Perjalanan hidup yang sangat
menyedihkan.
Tahun 2004 yang lalu, Ketika Tsunami
melanda daerah Aceh, seluruh keluarganya meninggal dunia. Karena terkena
Tsunami di Kota Banda Aceh.
Mudah-mudahan Allah mengampuni dirinya dan keluarganya dan menerima segala amal baiknya selam hidup di dunia.
*Saya menceritakan kisah nyata
perjalanan seorang perempuan (salah seorang warga desa saya) bukan untuk
membuka iabnya, akan tetapi untuk kita ambil hikmah dari cerita
tersebut. Semoga bagi Orang Tua, perempuan dan siapapun itu, bisa lebih
berhati-hati dalam menjalankan hidup ini. Semoga Allah selalu menjaga
dan melindungi, dan menyelamatkan Iman kita di Dunia dan akhirat nanti.
amin*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar